Rabu, 10 Agustus 2011

Kesabaran Nabi Ayyub a.s. dan asal usul Lintah

Nabi Ayyub bin ‘Ish bin Ishaq a.s., adalah bangsa Roma, sedangkan ibunya adalah anak Nabi Luth a.s. Ayahnya seorang yang kaya-raya, memiliki ternak: unta, lembu, domba, kuda, keledai dan khimar. Tidak seorang pun di negeri Syam (Syria) yang dapat menyainginya dalam hal kekayaan. Ketika dia meninggal dunia, maka semua kekayaannya itu diwariskan kepada Nabi Ayyub a.s. Nabi Ayyub a.s. telah menikah dengan Siti Rahmah, anak Afrayim putra Nabi Yusuf a.s. ALLAH SWT telah mengaruniakan mereka 12 kali kehamilan yang tiap-tiap kali hamil melahirkan 2 orang anak, seorang lelaki dan seorang perempuan.
Kemudian dia diutus oleh ALLAH kepada kaumnya, dan mereka adalah penduduk Hauran dan Tiih. ALLAH Ta’ala menyempurnakannya dengan budi-pekerti yang baik, lemah-lembut selama orang tidak menyalahi, mendustakan dan mengingkarinya dalam kemuliaan dirinya dan kedua orang tuanya, ayah dan ibunya. Nabi Ayyub a.s. mempunyai meja makan yang khusus disediakan untuk tamunya; orang-orang fakir miskin dan tamu lainnya. Dan Nabi Ayyub a.s. terhadap anak yatim itu ibarat seorang ayah yang kasih dan penyayang, terhadap janda seperti suami yang memperhatikan kasih-sayangnya, dan terhadap orang-orang yang lemah seperti halnya saudara yang mencintai kasihnya. Dengan nikmat yang diberikan Allah, Nabi Ayyub a.s. tampak tidaklah lupa sedikit pun hatinya bersyukur, serta lidahnya tidak lupa berzikir kepada Tuhannya.

Maka Iblis dengki kepadanya, seraya berkata: “Sungguh Ayyub telah berhasil di dunia dan akhirat, dan Iblis ingin merusak salah satu atau kedua-duanya; dunia dan akhirat tersebut.” Lalu Iblis terkutuk naik ke langit yang ketujuh dan berhenti dimana dia dapat sampai. Pada suatu hari dia naik sebagaimana biasa, maka Allah Yang Maha Perkasa berfirman kepadanya:”Hai Iblis terkutuk, bagaimana engkau melihat hamba-Ku Ayyub? Apakah engkau dapat mengambil daripadanya manfaat walaupun sedikit?”

Kata Iblis: “Tuhanku, sesungguhnya Ayyub mau menyembah-Mu karena Engkau telah memberinya kelapangan hidup (harta yang berlimpah) dan kesehatan; kalaulah tidak karena hal itu tentu dia tidak menyembah-Mu, maka dia sebenarnya hamba kesehatan.” Firman Allah Ta’ala kepada Iblis: “Engkau dusta, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya dia menyembah Aku serta berterima-kasih kepada-Ku, walaupun dia tidak mempunyai kelapangan rezeki di dunia.” Kata Iblis: “Tuhanku, berilah aku kekuasaan untuk menggoda Ayyub; maka perhatikanlah bagaimana aku membuatnya lupa mengingat-Mu dan menyibukkan dia dari beribadah kepada-Mu.” Maka Allah pun memberikan kekuasaan kepada Iblis terhadap segala sesuatunya, kecuali jiwa dan lidah (ucapan) Nabi Ayyub a.s. Maka Iblis pun kembali dan menuju ke tepi laut, lalu berseru dengan seruan yang sangat keras, sehingga semua bangsa Jin, baik yang laki-laki maupun yang wanita berkumpul di sisinya seraya berkata:”Apakah gerangan yang menimpa kamu?” Iblis menjawab: sesungguhnya saya telah mendapat kesempatan yang belum pernah saya peroleh seperti hal ini, semenjak saya telah berhasil mengeluarkan Adam dari sorga. Maka oleh sebab itu, bantulah saya dalam memperdayakan Ayyub.” Maka mereka cepat-cepat bertebaran dan membakar serta merusak semua harta kekayaan Nabi Ayyub a.s.

Lalu Iblis pergi menemui Nabi Ayyub a.s. yang dia sedang berdiri menunaikan solat di dalam rumah ibadatnya. Kata Iblis: “Apakah engkau tetap menyembah Tuhanmu dalam keadaanmu yang kritis ini, sesungguhnya dia tuhanmu telah menuangkan api dari langit, yang memusnahkan kekayaanmu, sehingga semuanya menjadi abu?” Nabi Ayyub a.s. tidak menjawabnya, sampai dia selesai merampungkan solatnya, lalu berkata: “Alhamdulillah, Dia yang telah memberikan kurnia lalu mengambilnya pula dari saya.” Lalu dia bangkit kembali memulai solatnya. Maka Iblis pun kembali dengan tangan hampa, serta merasa terhina dan menyesali terhadap kegagalannya. Nabi Ayyub a.s. mempunyai 14 anak, delapan orang lelaki dan enam orang perempuan. Mereka makan setiap harinya di rumah-rumah saudaranya. Maka berkumpullah para setan dan mengelilingi rumah itu serta melemparkan kepada anak-anak Nabi Ayyub a.s.sehingga mereka itu mati semuanya di satu meja makan. Maka Iblis pergi kepada Nabi Ayyub a.s. sedangkan dia (Nabi Ayyub a.s.) dalam keadaan berdiri menunaikan sholat. Kata Iblis: “Apakah engkau tetap menyembah Tuhanmu, dan sesungguhnya Dia telah melempar ke rumah dimana anak-anakmu berada, sehingga mereka mati semuanya?” Nabi Ayyub a.s. tidak menjawab sedikit pun, sampai dia selesai mengerjakan sholatnya. Lalu Nabi Ayyub a.s.berkata: “Hai Iblis terkutuk, Alhamdulillah, Dia yang telah memberi dan mengambilnya pula dari saya. Semua harta dan anak adalah fitnah untuk laki-laki dan wanita, maka Dia (Allah) mengambil dari saya, sehingga saya dapat bersabar lagi tenang untuk beribadah kepada Tuhan saya.” Iblis pun kembali dengan tangan hampa, rugi besar dan terkutuk.

Lalu Iblis datang kembali, sedangkan Nabi Ayyub a.s. sedang mengerjakan solat. Maka ketika Nabi Ayyub a.s. sujud, Iblis meniupkan dihidung dan mulutnya sampai badan Nabi Ayyub a.s. berkembang dan berpeluh yang banyak sekali dan dia merasa badannya menjadi berat. Berkata isterinya Siti Rahmah: “Ini semua adalah dari sebab kesusahanmu terhadap harta yang telah musnah dan anak-anak yang telah mati, sedangkan engkau tetap beribadah diwaktu malam dan berpuasa diwaktu siang tanpa henti-hentinya walaupun sesaat, dan engkau masih juga tidak merasa cukup.” Lalu Nabi Ayyub a.s.terkena penyakit kudis pada seluruh tubuhnya, mulai dari kepala sampai kakinya, bahkan mengalir dari badannya darah bercampur nanah serta berulat yang berjatuhan dari kudis di badannya. Sampai-sampai sanak-keluarganya dan teman-temannya, menjauhkan diri daripadanya.

Nabi Ayyub a.s. mempunyai tiga orang isteri; maka yang dua meminta cerai dan dia pun menceraikannya dan tinggal satu saja isterinya yaitu Rahmah yang selalu melayaninya siang malam. Kemudian datanglah para wanita tetangganya seraya berkata: “Hai Rahmah, kami semua takut kalau penyakit suamimu Ayyub akan menjalar kepada anak-anak kami. Maka keluarkanlah dia dari lingkungan kita bertetangga ini, kalau tidak maka kami akan mengeluarkan engkau dari sini dengan cara paksa!” Maka Siti Rahmah pergi dengan membungkus pakaiannya, serta membawanya (Nabi Ayyub a.s.). Dia menggendong Nabi Ayyub a.s. dipunggungnya sedangkan air mata mengalir dipipinya serta pergi jauh sambil menangis ke bekas rumah yang sudah rusak yang dijadikan tempat pembuangan sampah kemudian meletakkan Nabi Ayyub a.s. di atas sampah. Lalu keluarlah penduduk desa itu dan mereka melihat keadaan Nabi Ayyub a.s. maka mereka berkata: “Bawalah suamimu itu jauh-jauh dari kami, kalau tidak maka akan kami bawakan anjing-anjing kami, biar memakannya.” Siti Rahmah pun membawanya sambil menangis ke tempat yang jauh dan meletakkannya di tempat itu. Kemudian Siti Rahmah pergi kesebuah desa, maka Nabi Ayyub a.s. memanggilnya: “Kembalilah engkau, dan saya berpesan kepadamu, seandainya engkau hendak pergi bebas dariku dan akan meninggalkan aku di sini.” Kata Siti Rahmah: “Engkau jangan kawatir, wahai suamiku; sesungguhnya saya tidak akan meninggalkan engkau selama hayat dikandung badan.” Siti Rahmah lalu pergi ke sebuah desa dan bekerja setiap hari memotong roti dan dia dapat memberi makan suaminya Nabi Ayyub a.s. Lalu hal itu diketahui oleh penduduk desa itu, bahwa dia adalah isteri Nabi Ayyub a.s. Maka mereka tidak mau lagi memberinya pekerjaan, bahkan mereka berkata; “Pergilah engkau jauh-jauh, kerana sesungguhnya kami merasa jijik kepada mu.

Maka Siti Rahmah menangis dan berdoa: “Ya Tuhanku, Engkau telah melihat keadaanku, sesungguhnya terasa sempit dunia ini bagiku, sedang orang-orang telah merendahkan kami di dunia ini, maka janganlah Engkau kiranya merendahkan kami di akhirat kelak. Ya Tuhanku, Mereka telah mengusir kami dari rumah kami di dunia, maka janganlah kiranya Engkau mengusir kami dari Rumah Engkau kelak di hari Kiamat.” Nabi Ayyub a.s. tiap-tiap ada ulat yang terjatuh dari badannya, maka diambilnya dan diletakkannya kembali dibadannya, dan dia berkata: “Makanlah olehmu semua apa-apa yang telah direzekikan kepadamu oleh ALLAH Ta’ala.” Maka tidak tertinggal dagingnya dan hanyalah tinggal tulang belulang yang dilapisi kulit dengan jaringan saraf saja yang kelihatan. Apabila matahari menyinarinya, maka sinar itu seakan-akan tembus dari bagian depannya kebagian belakangnya. Dan yang tinggal dari bagian badannya yang tetap utuh adalah hatinya dan lidahnya. Hatinya tidak pernah kosong dari rasa syukur kepada Allah dan lidahnya tidak pernah diam dari berzikir kepada Allah. Diriwayatkan, Nabi Ayyub a.s. mengalami sakit seperti itu selama 18 tahun. Pada satu hari Siti Rahmah berkata kepada Nabi Ayyub a.s.: “Engkau adalah seorang Nabi yang mulia terhadap Tuhanmu, seandainya engkau berdoa kepada Allah Ta’ala supaya Allah menyembuhkanmu?” Kata Nabi Ayyub a.s. kepada Siti Rahmah: “Berapa lamakah kita telah hidup senang?” Kata Siti Rahmah:”Delapanpuluh tahun.” Kata Nabi Ayyub a.s.: “Sesungguhnya saya berasa malu kepada Allah Ta’ala, untuk meminta kepada- Nya, sebab waktu cobaan-Nya belumlah memadai dibandingkan masa senangku.” Pada ketika dibadan Nabi Ayyub a.s. sudah tidak ada lagi daging yang akan dimakan, maka ulat-ulat itu saling memakan diantara mereka, hingga akhirnya tinggal dua ekor ulat , yang selalu berkeliaran dibadan Nabi Ayyub a.s. Dalam usaha mencari makan daging, tidak mereka dapatkan kecuali hati dan lidahnya. Maka yang satu pergi kehati dan memakan hatinya dan yang lainnya pergi kelidah dan menggigitnya. Disaat itulah Nabi Ayyub a.s.berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya aku telah ditimpa bahaya yang dahsyat, sedang engkau Dzat yang Maha Pengasih.” Hal ini tidaklah termasuk dalam katagori keluh-kesah dan tidak pula dia berarti keluar dari golongan orang yang sabar. Oleh kerana itu Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dia Kami dapatkan sebagai orang yang sabar.” Karena sesungguhnya Nabi Ayyub a.s. itu tidak bersusah hati terhadap hartanya dan anak-anaknya yang telah hilang musnah, bahkan dia merasa susah karena cemas terputus dari syukur dan berzikir kepada Allah Ta’ala. Maka seakan-akan dia berkata: “Tuhanku aku bersabar atas segala cobaan-Mu selama hatiku masih sibuk untuk bersyukur kepada -Mu dan lidahku masih dapat berdzikir kepada-Mu, dan apabila keduanya itu telah rusak (hilang) daripadaku, berarti terputuslah cintaku dan dzikirku pada-Mu. Maka aku menjadi tidak bersabar terhadap terputusnya keduanya itu, sedangkan Engkau Dzat yang Maha Pengasih lagi Penyayang.” Kemudian Allah Ta’ala memberikan wahyu kepadanya: “Wahai Ayyub, lidah, hati dan ulat adalah milik-Ku, sedangkan rasa sakitpun milik-Ku, apakah artinya susah?” Diterangkannya pula: bahwa Allah Ta’ala memberikan wahyu kepadanya:”Sesungguhnya ada 70 orang Nabi yang meminta seperti halmu ini daripada-Ku, dan Aku hanya memilih engkau sebagai tambahan kemuliaanmu, dan ini hanya bentuk lahirnya saja bencana, akan tetapi hakikatnya adalah cinta-kasih.” Dan sesungguhnya Nabi Ayyub a.s. merasa susah, kalau hati dan lidahnya dimakan ulat, kerana dia selalu sibuk bertafakkur dan berdzikir kepada Allah Ta’ala. Kalau keduanya dimakan, maka dia tidak dapat lagi bertafakkur dan berdzikir kepada-Nya. Lalu Allah Ta’ala menjatuhkan kedua ulat itu dari diri Nabi Ayyub a.s. maka yang satu jatuh di air, kelak menjadi lintah yang dapat menyebabkan orang sakit kekurangan darah, dan yang satu lagi jatuh di darat yang kelak menjadi lebah, yang mengeluarkan madu yang mengandung obat untuk manusia.

Kemudian datanglah Malaikat Jibril a.s. dengan membawa dua buah delima dari surga. Kata Nabi Ayyub a.s.: “Ya Jibril, apakah Tuhanku masih ingat kepadaku?” Kata Jibril: “Ya, dan Dia mengirimkan salam kepadamu, serta menyuruhmu memakan kedua buah delima ini, maka akan sembuh normal daging dan tubuhmu.” Ketika Nabi Ayyub a.s. memakan kedua delima itu, Jibril a.s. berkata: “Berdirilah dengan izin Allah!” Maka Nabi Ayyub a.s. pun berdiri. Jibril berkata lagi: “Berjalanlah dengan kedua kakimu.” Maka Nabi Ayyub a.s. memukulkan kakinya yang kanan ke tanah, sehingga keluarlah air hangat dan dia lalu mandi dengan air itu, kemudian dari kakinya yang kiri terpancarlah air dingin, sehingga ia minum dari air tersebut. Kemudian hilanglah segala penyakitnya, baik yang dibagian luar maupun dibagian dalam. Dan tubuhnya menjadi lebih gagah tegap dari semula,wajahnya lebih bersinar daripada bulan purnama. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: ” Bersabar suatu saat terhadap satu bencana, itu lebih baik daripada beribadah satu tahun.”

[Rujukan: Durratun Nasihin, oleh Usman Alkhaibawi]
sumber : Terapi Lintah