Selasa, 31 Mei 2016

Penjual Soto Baik Hati

Suatu kisah nyata yang diceritakan oleh seorang karyawan di Jakarta (cerita berantai) :

Sore itu sehabis pulang kantor, saya mampir di sebuah kedai Soto Ayam Madura di jln. Raya Halim. Cililitan - Jakarta Timur. Saya memesan semangkok soto ayam dan duduk membaca koran menunggu terurainya kemacetan. Maklum nasib karyawan yang pulang kerja di Jakarta selalu terjebak kemacetan. Saya suka sekali makan soto, apalagi ketika musim hujan seperti saat ini.
Seorang ibu setengah tua dengan 2 orang anaknya yang masih balita dengan penampilan sederhana tiba-tiba masuk ke kedai :"Pak, berapa harga semangkuk soto ?" tanya ibu tersebut. "Rp 10.000,- bu" jawab penjual soto sambil tersenyum. "Kedua anak saya sungguh ingin makan soto, tapi uang saya hanya ada Rp 7.000,-, maaf pak, apa bisa dibuat 2 porsi walau hanya kuah dan sedikit sohun, gak jadi masalah". tanya si ibu sedikit ragu-ragu. "Oh, mari bu silahkan duduk" kata bapak penjual soto.

Kemudian tidak berapa lama tiga mangkok soto berukuran besar sudah dihidangkan didepan ibu dan kedua anaknya. "Tapi uang saya hanya Rp 7.000,- pak ?" tanya si ibu itu lagi dengan ragu. Rupanya si ibu masih punya harga diri untuk tidak meminta penuh.. "Oh gak apa-apa bu. Ibu bertiga makan saja dan simpan uang ibu", jawab tukang soto. Ibu itu tersenyum dan membungkukkan tubuhnya tanda penghormatan.
Saya tersenyum kagum melihat kebaikan penjual soto.. dan sayapun kembali melanjutkan makan saya. Sekitar 15 menit kemudian ibu dan kedua anaknya selesai makan dan beranjak pergi sambil mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada bapak penjual soto.

Beberapa saat kemudian, seorang pemuda sepertinya keturunan Tionghoa yang dari tadi duduk cuek di pojokan warung sambil main smartphone_nya tiba-tiba membayar kepada penjual soto dengan uang Rp 100.000,- lalu pergi begitu saja.
"Mas, ini kembaliannya" ujar tukang soto. "Saya makan 1 mangkok dan 1 bungkus krupuk serta teh manis ya. sisanya untuk membayar soto si ibu dan kedua anaknya tadi, bang". kata pemuda itu sambil menghidupkan motor maticnya dan pergi begitu saja menerobos hujan.

Saya benar-benar terpesona dengan kebaikan-kebaikan yang dihadirkan Tuhan di depan mata saya. Si ibu miskin yang jujur dan tidak meminta-minta, si bapak penjual soto yang baik hati, serta pemuda yang pemurah. Dan saya sendiri kecipratan kebahagiaan kerana melihat kejadian itu.

Jika saja setiap orang tidak melulu menggunakan hukum dunia, untung rugi saja, tentu pintu-pintu keberkahan dan kesempatan akan banyak dibuka oleh Alloh SWT. Jika saja setiap orang lebih dahulu memberi bukan meminta, dunia akan punya banyak warna yang indah.

Sumber : Abie Ave & Firman Perdana Putra