Banyak pesan-pesan dari orang-orang terdahulu yang dapat dipetik
hikmah (pelajaran) berharga darinya. Dari Nabi-nabi dan para sahabat
beliau atau dari orang-orang yang berpengetahuan.
(1) Akibat Banyak Tertawa
قال
عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف به ومن
أكثر من شيء عرف به ومن كثر كلامه كثر سقطه ومن كثر سقطه قل حياؤه ومن قل
حياؤه قل روعه ومن قل روعه مات قلبه
Artinya:Berkata 'Umar bin Khoththoob رضي الله عنه:
"Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya.
Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.
Barangsiapa yang memperbanyak sesuatu, maka dengannya dia dikenal.
Barangsiapa yang banyak berbicara, maka akan banyak salahnya.
Barangsiapa yang banyak salahnya, maka akan berkurang malunya.
Barangsiapa yang berkurang malunya, maka akan berkurang pula waro' (kehati-hatian dalam hidup)-nya.
Barangsiapa yang bekurang waro'-nya, maka akan mati hatinya."
(Diriwayatkan oleh Al Imaam Al Baihaqy dalam Kitab "Syu'abul 'Iimaan" no: 5019)
(2) Wasiat Luqmaanul Hakiim pada Putranya
قال
لقمان لابنه : يا بني لا تكثر الضحك من غير عجب ولا تمشي من غير أرب ولا
تسأل عما لا يعنيك ولا تضيع مالك وتصلح مال غيرك فإن مالك ما قدمت ومال
غيرك ما أخرت
Artinya:Telah berpesan Luqmaanul Hakiim pada putranya:
"Wahai anakku, jangan engkau memperbanyak tertawa tanpa kekaguman.
Jangan engkau berjalan pada jalannya.
Jangan engkau bertanya tentang perkara yang tidak berguna untukmu.
Jangan engkau sia-siakan hartamu, sedangkan engkau memperbaiki harta orang lain.
Sesungguhnya hartamu adalah apa yang engkau segerakan, dan harta selainmu adalah apa yang engkau akhirkan."
(Dinukil dari Kitab "Faidhul Qodiir" karya Imaam Al Manaawy I/124)
(3) Wasiat Amirul Mukminin Ali رضي الله عنه kepada anaknya
1. “Sekaya-kaya kekayaan adalah akal,
2. Seberat-seberat kemiskinan adalah dungu,
3. Sekejam-kejam kekerasan adalah ‘Ujub (Kagum diri),
4. Semulia-mulia keturunan adalah akhlaq yang baik.”
Hasan رضي الله عنه (putra Ali) berkata, “Wahai ayahku, ini adalah 4 perkara, berikan padaku 4 perkara yang lainnya.”
Ali رضي الله عنه menjawab, “Wahai anakku,
1. Hindarilah olehmu berteman dengan pendusta, sebab dia mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,
2. Hindarilah olehmu berteman dengan orang dungu, sebab dia menginginkan manfaat padamu lalu membahayakanmu,
3. Hindarilah olehmu berkawan dengan orang kikir, sebab dia akan mendiamkan dari sesuatu yang kamu membutuhkannya
4. Hindarilah olehmu duduk dengan orang faasiq, sebab dia akan menjualmu dengan harga yang hina.”
(Dinukil dari Kitab “Lubaabul ‘Aadaab” karya ‘Usaamah bin Mungqidz I/4)
(4) Nasehat Ali bin Abi Thoolib kepada 'Umar bin Al Khoththoob # 1
عن ابن عباس قال : قال عمر لعلي : عظني يا أبا الحسن قال : لا تجعل يقينك شكا ولا علمك جهلا ولا ظنك حقا واعلم أنه ليس لك من الدنيا إلا ما أعطيت فأمضيت وقسمت فسويت ولبست فأبليت قال : صدقت يا أبا الحسن
Artinya:
Dari ‘Abdullooh bin ‘Abbas رضي الله عنه, beliau berkata, “’Umar bin Al Khoththoob رضي الله عنه berkata kepada Ali رضي الله عنه: “Berilah aku nasehat, wahai Abul Hasan.”
Maka berkatalah Ali bin Abi Thoolib رضي الله عنه,
“Janganlah jadikan yakinmu ragu. Janganlah jadikan ilmumu bodoh. Janganlah jadikan prasangkamu benar. Dan ketahuilah, bahwa kamu tidak berhak dari dunia ini kecuali dari apa yang diberikan kepadamu, lalu engkau menerimanya, lalu engkau bagi, lalu engkau sama ratakan, lalu engkau pakai, lalu rusak.”
Berkata ‘Umar bin Al Khoththoob رضي الله عنه, “Benar engkau, wahai Abul Hasan.”
(Dari Kitab “Mukhtashor Tariikh Dimasyqo” karya Ibnu Mandzuur (رحمه الله)
(5) Anti Pengangguran
قال عبد الله بن مسعود إني لأبغض الرجل أن أراه فارغا ليس في شيء من عمل الدنيا ولا في عمل الآخرة
Artinya:‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه berkata, “Sungguh aku benci seorang yang aku lihat menganggur, tidak bekerja dalam urusan dunia dan tidak bekerja dalam urusan akhirat.”
(Dikutip dari “Shifatush Shofwah” no: I/414 karya Ibnul Jauzy رحمه الله)
Cuplikan dari Kisah Muallaf